Halaman

Minggu, 16 Oktober 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Psikologi agama telah banyak memberikan sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianut. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkah usia tertentu, ataupun bagaimana perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya, maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajarannya agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali.
B.  Rumusan Masalah
1.      Apa Ruang lingkup ilmu jiwa agama ?
2.      Apa kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama ?
C.  Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu jiwa agama.
2.      Untuk mengetahui kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama.


BAB II
PEMBAHASAN
1.    Ruang lingkup ilmu jiwa agama
 Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi berasal dari bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan “logos”. “Psyche” yang artinya jiwa dan“logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakang.[1]
Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. [2]
Berkaitan dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya adalah mencakup kesadaran agama yang berarti bagian atau segi agama yang hadir dalam pikiran, yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti unsur perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Dijelaskan juga bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama orang itu dalam hidupnya.
Menurut Zakiyah Daradjat (dalam buku Jalaluddin) ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama mengenai[3] :
1.  Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut serta dalam kehidupan beragama orang biasa (umum). Contoh: perasaan tenang, pasrah dan menyerah.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya. Contohnya: kelegaan batin.
3.    Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati/ akhirat pada tiap-tiap orang.
4.    Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut  memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5.   Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci kelegaan batinnya. Semua itu tercangkup dalam kesadaran beragama (religious consciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Semuanya itu, sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa yang tercakup dalam kajian psikologi agama adalah kesadaran beragama. Yang dimaksud kesadaran beragama adalah bagian atau segi agama yang hadi dan terasa dipikiran yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman beragama adalah perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaannya membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya, psikologi agama tidak mencakup segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok salahnya, atau rasional dan tidaknya keyakinan agama.[4]
Ruang lingkup ilmu jiwa agama, meliputi :
1.Kegiatan ibadah seseorang, baik yang ubudiyah maupun muamalah.
2.Gerakan kemasyarakatan yang muncul dari masyarakat beragama.
3.Budaya dan peradaban yang ada didalam masyarakat, akibat pengamalan agama.
4.Suasana keagamaan dalam lingkungan hidup, seiring dengan kesadaran beragama yang ada  dalam masyaraka.
5.Frustrasi, konflik, depresi, stress, kerusakan, pemberontakan yang muncul karena pembentukan dan pembenturan nila, norma keragaman penafsiran atas ajaran agama, atau terjadinya penodaan agama dari ajaran yang pokok.
Dengan demikian, bahwa ruang lingkup ilmu jiwa agama meliputi individu, sosial, budaya, peradaban, kerukunan yang ada serta kaitannya dengan ajaran agama.[5]

2.    Kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama
Psikologi agama telah banyak memberikan sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianut. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkah usia tertentu, ataupun bagaimana perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya, maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajarannya agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali.
Menurut Djalaluddin kegunaan psikologi agama adalah dapat dimanfaatkan dalam lapangan kehidupan seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan lapangan lainnya dalam kehidupan. Bahkan sudah sejak lama pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan hasil kajian psikologi agama untuk kepentingan politik. Pendekatan agama yang dilakukan oleh Snouck Hugronje terhadap para pemuka agama dalam upaya mempertahakan politik  penjajahan Belanda di Indonesia.
Di bidang industri juga psikologi agama dapat dimanfaatkan. Sekitar tahun 1950-an di perusahan minyak Stanvac (Plaju dan Sungai Gerong) diselenggarakan ceramah agama Islam untuk para pekerjanya. Para penceramah adalah pemuka agama setempat. Kegiatan berkala ini diselenggarakan didasarkan atas asumsi bahwa ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para pekerja dari perbuatan yang tak terpuji dan merugikan perusahaan. Hasil dari kegiatan tersebut dievaluasi, dan ternyata pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sukar dilacak.
Dengan demikian psikologi dapat dimanfaatkan dalam segala jenis lapanan kehidupan, baik ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, perdagangan, ekonomi, dunia politik dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
Dalam pandangan Islam, psikologi dan agama ini sangatlah dibutuhkan, karena psikologi dan agama sama-sama mempelajari tentang jiwa dan kepercayaan seseorang terhadap Tuhannya.
Psikologi dimiliki oleh manusia secara pribadi yang memberikan arah emosional dalam merealisasikan perbuatannya sehari-hari, karena itulah daya-daya jiwa manusia perlu dikembangkan, diperhatikan dan diarahkan kemana ia lebih cenderung. Salah satu jiwa manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup adalah yang dikatakanintelegensi question. Kemudian, dilengkapi dengan emosional question, serta diarahkan oleh spiritual question. Berarti manusia yang diinginkan oleh Allah sebagaimana yang dicantumkan dalam firman-Nya :
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#uržwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)
Berarti dalam pencapaian tujuan Allah tersebut sangatlah dibutuhkan kemampuan-kemampuan dasar manusia atau yang disebut berdaya jiwa manusia yaitu kemampuan manusia berpikir, bertindak dan menentukan apa yang akan dilakukan. Kemampuan-kemampuan ini adalah bahasan dari psikologi, sedangkan warna atau batasan apakah perilaku yang akan dilakukan oleh manusia itu berkategori dibolehkan atau tidak yang kesemuanya itu menentukan tingkat kebaikan dan nilai dari perilaku manusia itu sendiri adalah dibahas dalam Islam.
Berarti, antara psikologi agama dan Islam bahasannya adalah sangat dan saling menunjang dan menentukan,  hanya psikologi agama masih meliputi secara umum yaitu meliputi semua agama sedangkan Islam untuk agama Islam.
Adapun manfaat psikologi agama dapat dilihat dari beberapa sisi antara lain sisi kedamaian atau sisi keselamatan, dunia, sisi paedagogis, dan sisi penyehatan mental. Dilihat dari kepentingan kedamain dunia yang pada hakikatnya ini adalah tujuan tertinggi dari semua agama, maka dengan mengetahui psikologi agama orang dapat mengerti perilaku orang beragama atau individu yang memiliki kepercayaan tertentu. Dengan pemahaman tersebut diharapkan tidak terjadi penghakiman terhadap perrilaku beragama seseorang. Karena focus masalah psikologi agama pada hakikatnya adalah memahami “ mengapa orang menyembah atau mengagungkan sesuatu” yang dimaksudkan dengan sesuatu disini boleh jadi Allah, Tuhan, patung, pohon besar, batu besar, sungai, sapi, dan lain-lain yang dianggap besar dan suci oleh orang yang mempercayai.
Pemahaman agama saja tanpa memahami psikologi agama dalam masyarakat yang plural atau menganut berbagai kepercayaan, maka dikhawatirkan akan memungkinkan terjadi fanatisme yang berlebihan terhadap suatu agama atau ajaran tertentu. Karena umumnya pemeluk suatu agama atau ajaran tertentu. Karena umumnya pemeluk suatu agama atau suatu kepercayaan beranggapan bahwa agamanyalah yang paling benar yang diluar agamanya salah atau sesat.
Akhir-akhir  ini betapa banyak terlihat perpecahan, bahkan peperangan yang mengatasnamakan agama, baik di Indonesia maupun di Negara lain. Misalnya, dapat dilihat antara katolik dengan protestan di irlandia, antara yahudi dan muslim di palestina, dan banyak lagi wilayah-wilayah lain yang mengalami konflik karena perbedaan agama.
Dari sudut paedagogis psikologi agama bermanfaat untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan manusia, sehingga dapat dirancang atau diperkirakan pesan keagamaan yang memungkinkan diterima oleh mereka. Betapa banyak pesan-pesan atau ajaran keagamaan yang tidak diamalkan, bahkan ditolak seseorang, karena  penyampai pesan atau pendakwah agama tersebut menyampaikan dengan cara yang tidak tepat.
Sebaliknya tidak jarang ditemukan bahwa seseorang berpindah agama karena cara penyampaian dakwah kepadanya sangat tepat, sekalipun isi dakwah yang disampaikan itu sangat sederhana. Dalam hal ini kajian psikologi agama sangat membantu tokoh agama, ulama, atau pengembala umat dalam melayani umat mereka.
Di lihat dari sudut kesehatan mental, kajian psikologi agama sangat  bermanfaat dalam 3 bentuk kesehatan mental :
a.         Pencegahan
Untuk pencegahan ajaran agama tentang tawwakal, kepasrahan, dan lain-lain sejenisnya dapat menghindari gangguan mental, dalam bentuk stress dan sejenisnya.
b.    Pengobatan
Kesediaan untuk mengamalkan ajaran agama dapat menjadi terapi atau pengobatan mental. Disamping itu, do’a juga membantu pemeliharaan kesehatan mental, dimana manusia dapat mengadukan berbagai persoalan hidup yang dialaminya kepada yang maha kuasa.
c.    Pemeliharaan serta peningkatan
Dalam hal ini do’a berfungsi sebagai katarsis yakni melepaskan hal-hal yang mengganggu pikiran seseorang, yang pada hakikatnya sangat diperlukan dalam kehidupan. Dengan demikian fungsi pencegahan, penyembuhan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental dapat terpenuhi.

Tanya jawab terkait materi :
1.    Ridwan : Dalam ruang lingkup ilmu jiwa agama terdapat budaya dan peradaban, lalu bagaimana dengan kepercayaan yang susah diubah misalnya menyembah pohon besar. Bagaimana peran ilmu jiwa agama terkait hal ini ? dan bisakah anda merincikan urgensi IJA ?
Jawab : a. Kepercayaan terhadap budaya dan peradaban pada dasarnya sesuatu yang sangat sulit untuk diubah, begitupun jika seseorang ingin mengubah tentu sangat sulit, karena kepercayaan itu terkait dengan keyakinan kita akan sesuatu. Tentunya ilmu jiwa ini berperan untuk memberikan jalan bahwa sesungguhnya ada hal yang dilarang untuk dilakukan dan ada pula yang dibolehkan, sehingga manusialah yang nantinya menentukan kemana jalan yang ia pilih, budaya atau tradisi itu sudah ada sejak dulu sehingga ini juga menjadi faktor sulitnya suatu kepercayaan untuk di ubah. Ilmu jiwa agama bisa diibaratkan sebagai Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dan manusialah yang kembali menentukan untuk memilih suatu jalan yang ingin dijalani. b.urgensi dalam kamus besar bahasa indonesia artinya hal yang penting. Urgensi IJA meliputi dalam pendidikan, keluarga, masyarakat, dan sebagainya. Ija dalam pendidikan bahwa pendidikan dan jiwa keagamaan sangat terkait, karena pendidikan tanpa agama ibaratnya bagi manusia akan pincang, begitupun sebaliknya karena pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan seseorang baik dalam keluarga dan masyarakat.
Tanggapan ibu pembimbing :
Budaya memang sulit untuk diubah karena sudah ada sejak dulu, psikologi yang mengubah diselingi dengan agama. Untuk mengubahnya ada proses didalamnya untuk bisa mengubah karena didalamnya terkait keyakinan sosial. Terkait pula dengan pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, faktor-faktor yang mempengaruhi terkait lingkungan anak itu tumbuh, tidak langsung ada yang diyakininya tapi membutuhkan proses. Jadi harus dicari pada akar-akarnya lebih dahulu lalu akan muncul ilmu jiwa agama yang berperan dengan melihat prosesnya. Jadi harus menoleh kebelakang dulu dan harus memperkenalkan terlebih dahulu. Urgensi juga kembali pada pengertian ilmu jiwa agama.
2.    Afwan : Dalam ruang lingkup IJA terdapat frustrasi, stress, dan depresi. Bagaimana peran Ija dalam hal ini ?
Jawab : frustasi berasal dari bahasa latin yaitu frustasio yang artinya perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Frustrasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan. Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi, maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai gangguan depresi. Beberapa gejala depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas  rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Peran ilmu jiwa agama dalam hal ini, frustrasi dimana kondisi tidak menemukan cara untuk menyelesaikan permaslahan. Dibutuhkan penolong yang bisa membantu segala permasalahannya, secara natural manusia selalu meminta pertolongan kepada yang lebih mampu dari padanya. Sebagai seorang muslim tentunya kita sudah tahu siapa penolong kita, adalah Allah yang maha penolong.olehnya itu kita perlu sholat untuk meminta pertolongannya karena shalat itu adalah doa sehingga untuk menghadapi frustasi kita harus sabar dan berusaha secara aktif untuk mencari jalan keluar dengan tawakkal kepada Allah. Terkait stress bahwa untuk memulihkan kondisi jiwa tertekan dapat diupayakan dengan berbagai teknik dan pendekatan yang berorientasi kepada upaya menciptakan kondisi perasaan nyaman dan enak yang bebas dari ketertekanan. Inilah yang disebut menjaga hati. Stres dapat pula ditanggulangi melalui berbagai pembiasaan dan mengatur pola hidup yang teratur melalui kegiatan seperti taubat, dzikir, doa, biasakan hidup dengan hal-hal yang baru, tidur yang cukup, istirahat yang teratur dan sebagainya.Depresi dapat terjadi karena  keimanan seseorang yang lemah sehingga sangat rentang dapat mengalami depresi, maka dari itu kekuatan iman dan ketaqwaanlah yang akan menghasilkan daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan, dari sinilah manusia perlu mengubah jiwa yang penuh ketidakstabilan menjadi jiwa yang tenag dan damai yakni dengan berpikir positif atas berbagai dinamika hidup yang terjadi.
Tanggapan ibu pembimbing :
Frustasi, stress, dan depresi ada negatif dan positif, misalnya saat ulangan tiba dan ada siswa yang tidak belajar maka stress akan muncul. Depresi juga muncul dari rasa sedih, kurang tidur, kelelahan. Frustasi juga muncul dari kekecewaan yang berkepanjangan misalnya putus cinta atau patah hati.
3.    Hasni : Bagaimana upaya untuk mempelajari tingkah laku melalui ilmu jiwa agama ?
Jawab : upaya untuk mempelajari tingkah laku dilakukan dengan pendekatan psikologi, dimana psikologi agama mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam perilaku dan kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Psikologi menyangkut masalah kejiwaan dan hubungannya dengan tingkah laku manusia dan agama yang berhubungan dengan keyakinan dianggap memiliki nilai-nilai sakral. Kenyataan menunjukkan bahwa agama mempengaruhi tingkah laku pemeluknya. Sikap dan tingkah laku yang berhubungan dengan keyakinan tersebut dapat diamati secara empiris. Apa yang ditampilkan seorang penganut yang taat, bagaimanapun berbeda dari sikap dan tingkah laku mereka yang kurang taat beragama. Disini terlihat bahwa dari sudut pandang psikologi, agama dapat berfungsi sebagai pendorong atau penengah bagi tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Dari sudut pandang ini maka dapat terungkap bahwa pemahaman mengenai keyakinan seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya dapat dilakukan melalui pendekatan psikologi.
4.    Rita : Bagaimana penerapan/ peran ilmu jiwa agama dalam menghadapi masyarakat yang umumnya memiliki  banyak pendapat atau pandangan ?
Jawab : suatu pendapat atau pandangan seseorang itu tentunya beragam dan berbeda- beda namun kita tidak boleh mengatakan bahwa pendapat ini salah, ini jelek. Kita tidak semestinya melakukan hal itu dimana karena perkembangan zaman, dinamika sosial dengan segala macam masyarakat membutuhkan tuntunan, jawaban, dan solusi ampuh bagi permasalahan atau banyaknya pandangan dan pendapat yang timbul, baik dalam lingkup pribadi, keluarga, dan masyarakat, negara maupun dunia. Sehingga tak jarang agama ditafsirkan beragam oleh pemeluknya hingga timbul kontroversi keagamaan. Sehingga ilmu jiwa ini yang berperan untuk menunjukkan pencerahan akibat adanya kesalah pamahaman yang terjadi. Karena sebagai hamba yang beriman kita diperintahkan untuk bisa menerima bahwa adanya berbagai macam pendapat dan paham itu sudah merupakan ketetapan Allah. Dalam artian bahwa bagaimana pun kita berbeda pendapat dengan orang lain namun kita harus saling menghargai akan perbedaan kita dengan interaksi yang baik dan toleransi terhadap berbagai macam golongan yang berbeda.
5.    Taqwan : Bagaimana peran ilmu jiwa agama mengatasi gerakan kemasyarakatan yang tidak sesuai dengan aturan agama ?
Jawab : manusia tentunya dipengaruhi oleh banyaknya rayuan dan godaan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan yang tidak sesuai dengan aturan agama sehingga disinilah letak dan fungsi ilmu jiwa agama untuk membimbing  manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Ilmu jiwa agama yang didasari oleh psikologi dengan agama yang menjadi penyempurna akan mampu untuk menunjukkan jalan yang tepat akan suatu gerakan masyarakat yang tidak sesuai agama, misalkan gerakan demonstrasi yang dilakukan masyarakat dan mahasiswa yang terkadang anarkis atau berlebihan akan mengakibatkan banyak masalah dan kerugian sehingga gerakan demo yang tidak sesuai aturan harus diubah kembali agar sejalan dengan yang diharapkan oleh agama sebab, demo yang tadinya dibolehkan namun jika sudah bertindak anarkis maka akan merugikan masyarakat itu sendiri, sehingga perlu untuk diubah dan diarahkan cara demo yang dibolehkan dan sesuai dengan agaman.
6.    Dosen pembimbing : Bagaimana cara Belanda mendekati ulama untuk tujuan politik dengan atas nama agama ?
Jawab : Pasukan Belanda yang diwakili oleh Christian Snouck Hurgronje adalah sarjana Belanda serta penasehat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia (sekarang Indonesia). Ia fasih bahasa arab dan setelah diberi ijin oleh ulama dari Mekah, ia diijinkan untuk ziarah ke kota suci Mekah pada 1885. Karena keramahan dan naluri intelektualnya membuat ulama tak segan membimbingnya dan termasuk salah satu sarjana oriental barat pertama yang melakukannya. Ia mampu membuat kesan bahwa ia menganut islam, dan mengaku pura-pura muslim, Snouck mendekati ulama untuk bisa memberi fatwa agama, tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik. Demi kepentingan ia berkhotbah dan mendekati ulama untuk menjauhkan agama dan politik.








BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi berasal dari bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan “logos”. “Psyche” yang artinya jiwa dan“logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakang. Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelahaan tersebut merupakan kajian empiris.
Jadi, Psikologi agama merupakan ilmu jiwa yang khusus mengkaji sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya.
B.  Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menjadikan kita manusia yang senantiasa beriman kepadanya. Jika terdapat beberapa kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, dan jika terdapat beberapa hal yang mampu untuk diberi masukan dan lain-lain, kami memohon untuk memberi masukan, dan saran sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.

REFERENSI
Fauzi,Ahmad.PsikologiUmum .Bandung : CV Pustaka Setia
 1997 .
Jalaludin, Psikologi Agama .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 
2001 .
Jalaluddin, PsikologiAgama. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Nurwanita, Psikologi Agama. Makassar : LPA,
2015.
Tumanggor, Rusmin.  Ilmu Jiwa Agama .Jakarta : Kencana Prena Media
2014 .




[1] Ahmad Fauzi, PsikologiUmum (Bandung : CV Pustaka Setia 1997 ),h.9.
[2] Jalaludin, Psikologi Agama (, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada  2001 ), h. 11.
[3]Jalaluddin, PsikologiAgama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 17.
[4] Hj. Nurwanita, Psikologi Agama ( Makassar : LPA 2015 ),h.9.
[5]Dr. Rusmin Tumanggor , Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Kencana Prena Media 2014 ), h.89.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar