BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia
memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan
manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama
karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.
Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. sikap orang dewasa
dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam
dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan
seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. adanya perubahan itu terjadi
karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin
karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki
persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Psikologi
agama telah banyak memberikan sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia
dalam kaitannya dengan agama yang dianut. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu
tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkah usia tertentu, ataupun
bagaimana perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya,
maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi
lebih taat menjalankan ajarannya agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama
sekali.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Ruang lingkup ilmu jiwa agama ?
2. Apa
kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama ?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui ruang lingkup ilmu jiwa agama.
2. Untuk
mengetahui kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ruang
lingkup ilmu jiwa agama
Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu
psikologi dan agama. Psikologi berasal dari bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan
“logos”. “Psyche” yang artinya jiwa dan“logos” yang artinya ilmu
pengetahuan. Jadi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik
mengenai macam-macam gejalanya, proses maupun latar belakang.[1]
Psikologi
secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang
normal, dewasa dan beradab. [2]
Berkaitan
dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya adalah mencakup
kesadaran agama yang berarti bagian atau segi agama yang hadir dalam pikiran,
yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti
unsur perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan
yang dihasilkan oleh tindakan (amaliah).
Dijelaskan
juga bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang
pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan agama orang itu dalam
hidupnya.
Menurut
Zakiyah Daradjat (dalam buku Jalaluddin) ruang lingkup yang menjadi lapangan
kajian psikologi agama mengenai[3]
:
1. Bermacam-macam
emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut serta dalam kehidupan beragama
orang biasa (umum). Contoh: perasaan tenang, pasrah dan menyerah.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman
seseorang secara individual terhadap Tuhannya. Contohnya: kelegaan batin.
3. Mempelajari,
meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati/
akhirat pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan
mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan
dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan
mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci
kelegaan batinnya. Semua itu tercangkup dalam kesadaran beragama (religious consciousness) dan pengalaman
agama (religious experience).
Semuanya
itu, sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa yang tercakup dalam kajian
psikologi agama adalah kesadaran beragama. Yang dimaksud kesadaran beragama
adalah bagian atau segi agama yang hadi dan terasa dipikiran yang merupakan
aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman beragama adalah
perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaannya membawa kepada keyakinan
yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya, psikologi agama tidak mencakup segala
bentuk permasalahan yang menyangkut pokok salahnya, atau rasional dan tidaknya
keyakinan agama.[4]
Ruang
lingkup ilmu jiwa agama, meliputi :
1.Kegiatan ibadah seseorang, baik
yang ubudiyah maupun muamalah.
2.Gerakan kemasyarakatan yang muncul
dari masyarakat beragama.
3.Budaya dan peradaban yang ada
didalam masyarakat, akibat pengamalan agama.
4.Suasana keagamaan dalam lingkungan
hidup, seiring dengan kesadaran beragama yang ada dalam masyaraka.
5.Frustrasi, konflik, depresi,
stress, kerusakan, pemberontakan yang muncul karena pembentukan dan pembenturan
nila, norma keragaman penafsiran atas ajaran agama, atau terjadinya penodaan
agama dari ajaran yang pokok.
Dengan demikian, bahwa ruang lingkup
ilmu jiwa agama meliputi individu, sosial, budaya, peradaban, kerukunan yang
ada serta kaitannya dengan ajaran agama.[5]
2.
Kegunaan dan urgensi ilmu jiwa agama
Psikologi agama telah
banyak memberikan sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam
kaitannya dengan agama yang dianut. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu
tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkah usia tertentu, ataupun
bagaimana perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya,
maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi
lebih taat menjalankan ajarannya agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama
sekali.
Menurut Djalaluddin
kegunaan psikologi agama adalah dapat dimanfaatkan dalam lapangan kehidupan
seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan lapangan lainnya dalam
kehidupan. Bahkan sudah sejak lama pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan
hasil kajian psikologi agama untuk kepentingan politik. Pendekatan agama yang
dilakukan oleh Snouck Hugronje terhadap para pemuka agama dalam upaya
mempertahakan politik penjajahan Belanda di Indonesia.
Di bidang industri
juga psikologi agama dapat dimanfaatkan. Sekitar tahun 1950-an di perusahan
minyak Stanvac (Plaju dan Sungai Gerong) diselenggarakan ceramah agama Islam
untuk para pekerjanya. Para penceramah adalah pemuka agama setempat. Kegiatan
berkala ini diselenggarakan didasarkan atas asumsi bahwa ajaran agama
mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para pekerja dari perbuatan
yang tak terpuji dan merugikan perusahaan. Hasil dari kegiatan tersebut
dievaluasi, dan ternyata pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti
pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya
sukar dilacak.
Dengan demikian
psikologi dapat dimanfaatkan dalam segala jenis lapanan kehidupan, baik
ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, perdagangan, ekonomi, dunia politik
dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
Dalam pandangan Islam,
psikologi dan agama ini sangatlah dibutuhkan, karena psikologi dan agama
sama-sama mempelajari tentang jiwa dan kepercayaan seseorang terhadap Tuhannya.
Psikologi dimiliki
oleh manusia secara pribadi yang memberikan arah emosional dalam merealisasikan
perbuatannya sehari-hari, karena itulah daya-daya jiwa manusia perlu
dikembangkan, diperhatikan dan diarahkan kemana ia lebih cenderung. Salah satu
jiwa manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup adalah yang
dikatakanintelegensi question. Kemudian, dilengkapi dengan emosional question, serta diarahkan oleh spiritual question. Berarti manusia yang
diinginkan oleh Allah sebagaimana yang dicantumkan dalam firman-Nya :
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)
Berarti dalam
pencapaian tujuan Allah tersebut sangatlah dibutuhkan kemampuan-kemampuan dasar
manusia atau yang disebut berdaya jiwa manusia yaitu kemampuan manusia
berpikir, bertindak dan menentukan apa yang akan dilakukan. Kemampuan-kemampuan
ini adalah bahasan dari psikologi, sedangkan warna atau batasan apakah perilaku
yang akan dilakukan oleh manusia itu berkategori dibolehkan atau tidak yang
kesemuanya itu menentukan tingkat kebaikan dan nilai dari perilaku manusia itu
sendiri adalah dibahas dalam Islam.
Berarti, antara
psikologi agama dan Islam bahasannya adalah sangat dan saling menunjang dan
menentukan, hanya psikologi agama masih meliputi secara umum yaitu
meliputi semua agama sedangkan Islam untuk agama Islam.
Adapun manfaat
psikologi agama dapat dilihat dari beberapa sisi antara lain sisi kedamaian
atau sisi keselamatan, dunia, sisi paedagogis, dan sisi penyehatan mental.
Dilihat dari kepentingan kedamain dunia yang pada hakikatnya ini adalah tujuan
tertinggi dari semua agama, maka dengan mengetahui psikologi agama orang dapat
mengerti perilaku orang beragama atau individu yang memiliki kepercayaan
tertentu. Dengan pemahaman tersebut diharapkan tidak terjadi penghakiman
terhadap perrilaku beragama seseorang. Karena focus masalah psikologi agama
pada hakikatnya adalah memahami “ mengapa orang menyembah atau mengagungkan
sesuatu” yang dimaksudkan dengan sesuatu disini boleh jadi Allah, Tuhan,
patung, pohon besar, batu besar, sungai, sapi, dan lain-lain yang dianggap
besar dan suci oleh orang yang mempercayai.
Pemahaman agama saja
tanpa memahami psikologi agama dalam masyarakat yang plural atau menganut
berbagai kepercayaan, maka dikhawatirkan akan memungkinkan terjadi fanatisme
yang berlebihan terhadap suatu agama atau ajaran tertentu. Karena umumnya
pemeluk suatu agama atau ajaran tertentu. Karena umumnya pemeluk suatu agama
atau suatu kepercayaan beranggapan bahwa agamanyalah yang paling benar yang
diluar agamanya salah atau sesat.
Akhir-akhir ini
betapa banyak terlihat perpecahan, bahkan peperangan yang mengatasnamakan
agama, baik di Indonesia maupun di Negara lain. Misalnya, dapat dilihat antara
katolik dengan protestan di irlandia, antara yahudi dan muslim di palestina,
dan banyak lagi wilayah-wilayah lain yang mengalami konflik karena perbedaan
agama.
Dari sudut paedagogis
psikologi agama bermanfaat untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan manusia,
sehingga dapat dirancang atau diperkirakan pesan keagamaan yang memungkinkan
diterima oleh mereka. Betapa banyak pesan-pesan atau ajaran keagamaan yang
tidak diamalkan, bahkan ditolak seseorang, karena penyampai pesan atau
pendakwah agama tersebut menyampaikan dengan cara yang tidak tepat.
Sebaliknya tidak
jarang ditemukan bahwa seseorang berpindah agama karena cara penyampaian dakwah
kepadanya sangat tepat, sekalipun isi dakwah yang disampaikan itu sangat
sederhana. Dalam hal ini kajian psikologi agama sangat membantu tokoh agama,
ulama, atau pengembala umat dalam melayani umat mereka.
Di lihat dari sudut kesehatan mental, kajian
psikologi agama sangat bermanfaat dalam 3 bentuk kesehatan mental :
a.
Pencegahan
Untuk pencegahan ajaran agama tentang
tawwakal, kepasrahan, dan lain-lain sejenisnya dapat menghindari gangguan
mental, dalam bentuk stress dan sejenisnya.
b. Pengobatan
Kesediaan untuk mengamalkan
ajaran agama dapat menjadi terapi atau pengobatan mental. Disamping itu, do’a
juga membantu pemeliharaan kesehatan mental, dimana manusia dapat mengadukan
berbagai persoalan hidup yang dialaminya kepada yang maha kuasa.
c. Pemeliharaan serta
peningkatan
Dalam hal ini do’a
berfungsi sebagai katarsis yakni melepaskan
hal-hal yang mengganggu pikiran seseorang, yang pada hakikatnya sangat
diperlukan dalam kehidupan. Dengan demikian fungsi pencegahan, penyembuhan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental dapat terpenuhi.
Tanya jawab terkait
materi :
1.
Ridwan : Dalam ruang lingkup ilmu jiwa agama terdapat budaya dan
peradaban, lalu bagaimana dengan kepercayaan yang susah diubah misalnya
menyembah pohon besar. Bagaimana peran ilmu jiwa agama terkait hal ini ? dan
bisakah anda merincikan urgensi IJA ?
Jawab : a. Kepercayaan terhadap budaya dan
peradaban pada dasarnya sesuatu yang sangat sulit untuk diubah, begitupun jika
seseorang ingin mengubah tentu sangat sulit, karena kepercayaan itu terkait
dengan keyakinan kita akan sesuatu. Tentunya ilmu jiwa ini berperan untuk
memberikan jalan bahwa sesungguhnya ada hal yang dilarang untuk dilakukan dan
ada pula yang dibolehkan, sehingga manusialah yang nantinya menentukan kemana
jalan yang ia pilih, budaya atau tradisi itu sudah ada sejak dulu sehingga ini
juga menjadi faktor sulitnya suatu kepercayaan untuk di ubah. Ilmu jiwa agama
bisa diibaratkan sebagai Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat
manusia dan manusialah yang kembali menentukan untuk memilih suatu jalan yang
ingin dijalani. b.urgensi dalam kamus besar bahasa indonesia artinya hal yang
penting. Urgensi IJA meliputi dalam pendidikan, keluarga, masyarakat, dan
sebagainya. Ija dalam pendidikan bahwa pendidikan dan jiwa keagamaan sangat terkait,
karena pendidikan tanpa agama ibaratnya bagi manusia akan pincang, begitupun
sebaliknya karena pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya
menanamkan rasa keagamaan seseorang baik dalam keluarga dan masyarakat.
Tanggapan ibu pembimbing :
Budaya memang sulit
untuk diubah karena sudah ada sejak dulu, psikologi yang mengubah diselingi
dengan agama. Untuk mengubahnya ada proses didalamnya untuk bisa mengubah
karena didalamnya terkait keyakinan sosial. Terkait pula dengan pertumbuhan dan
perkembangan tingkah laku, faktor-faktor yang mempengaruhi terkait lingkungan
anak itu tumbuh, tidak langsung ada yang diyakininya tapi membutuhkan proses.
Jadi harus dicari pada akar-akarnya lebih dahulu lalu akan muncul ilmu jiwa
agama yang berperan dengan melihat prosesnya. Jadi harus menoleh kebelakang
dulu dan harus memperkenalkan terlebih dahulu. Urgensi juga kembali pada
pengertian ilmu jiwa agama.
2.
Afwan : Dalam ruang lingkup IJA terdapat frustrasi, stress, dan
depresi. Bagaimana peran Ija dalam hal ini ?
Jawab : frustasi berasal dari bahasa latin
yaitu frustasio yang artinya perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang
dalam pencapaian tujuan. Frustrasi dapat diartikan juga sebagai keadaan
terhambat dalam mencapai suatu tujuan. Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi, maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu
keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya
aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai gangguan depresi.
Beberapa gejala depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan
setelah aktivitas rutin yang biasa,
hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Peran
ilmu jiwa agama dalam hal ini, frustrasi dimana kondisi tidak menemukan cara
untuk menyelesaikan permaslahan. Dibutuhkan penolong yang bisa membantu segala
permasalahannya, secara natural manusia selalu meminta pertolongan kepada yang
lebih mampu dari padanya. Sebagai seorang muslim tentunya kita sudah tahu siapa
penolong kita, adalah Allah yang maha penolong.olehnya itu kita perlu sholat
untuk meminta pertolongannya karena shalat itu adalah doa sehingga untuk
menghadapi frustasi kita harus sabar dan berusaha secara aktif untuk mencari
jalan keluar dengan tawakkal kepada Allah. Terkait stress bahwa untuk
memulihkan kondisi jiwa tertekan dapat diupayakan dengan berbagai teknik dan
pendekatan yang berorientasi kepada upaya menciptakan kondisi perasaan nyaman
dan enak yang bebas dari ketertekanan. Inilah yang disebut menjaga hati. Stres
dapat pula ditanggulangi melalui berbagai pembiasaan dan mengatur pola hidup
yang teratur melalui kegiatan seperti taubat, dzikir, doa, biasakan hidup
dengan hal-hal yang baru, tidur yang cukup, istirahat yang teratur dan
sebagainya.Depresi dapat terjadi karena
keimanan seseorang yang lemah sehingga sangat rentang dapat mengalami
depresi, maka dari itu kekuatan iman dan ketaqwaanlah yang akan menghasilkan
daya tahan mental yang kokoh dan kuat dalam menghadapi berbagai persoalan
kehidupan, dari sinilah manusia perlu mengubah jiwa yang penuh ketidakstabilan
menjadi jiwa yang tenag dan damai yakni dengan berpikir positif atas berbagai
dinamika hidup yang terjadi.
Tanggapan ibu pembimbing :
Frustasi, stress, dan
depresi ada negatif dan positif, misalnya saat ulangan tiba dan ada siswa yang
tidak belajar maka stress akan muncul. Depresi juga muncul dari rasa sedih,
kurang tidur, kelelahan. Frustasi juga muncul dari kekecewaan yang berkepanjangan
misalnya putus cinta atau patah hati.
3.
Hasni : Bagaimana upaya untuk mempelajari tingkah laku melalui
ilmu jiwa agama ?
Jawab : upaya untuk mempelajari tingkah laku
dilakukan dengan pendekatan psikologi, dimana psikologi agama mempelajari dan
meneliti fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam
perilaku dan kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Psikologi
menyangkut masalah kejiwaan dan hubungannya dengan tingkah laku manusia dan
agama yang berhubungan dengan keyakinan dianggap memiliki nilai-nilai sakral.
Kenyataan menunjukkan bahwa agama mempengaruhi tingkah laku pemeluknya. Sikap
dan tingkah laku yang berhubungan dengan keyakinan tersebut dapat diamati
secara empiris. Apa yang ditampilkan seorang penganut yang taat, bagaimanapun
berbeda dari sikap dan tingkah laku mereka yang kurang taat beragama. Disini
terlihat bahwa dari sudut pandang psikologi, agama dapat berfungsi sebagai
pendorong atau penengah bagi tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan keyakinan
yang dianutnya. Dari sudut pandang ini maka dapat terungkap bahwa pemahaman
mengenai keyakinan seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya dapat
dilakukan melalui pendekatan psikologi.
4.
Rita : Bagaimana penerapan/ peran ilmu jiwa agama dalam
menghadapi masyarakat yang umumnya memiliki
banyak pendapat atau pandangan ?
Jawab : suatu pendapat atau pandangan
seseorang itu tentunya beragam dan berbeda- beda namun kita tidak boleh
mengatakan bahwa pendapat ini salah, ini jelek. Kita tidak semestinya melakukan
hal itu dimana karena perkembangan zaman, dinamika sosial dengan segala macam
masyarakat membutuhkan tuntunan, jawaban, dan solusi ampuh bagi permasalahan
atau banyaknya pandangan dan pendapat yang timbul, baik dalam lingkup pribadi,
keluarga, dan masyarakat, negara maupun dunia. Sehingga tak jarang agama
ditafsirkan beragam oleh pemeluknya hingga timbul kontroversi keagamaan.
Sehingga ilmu jiwa ini yang berperan untuk menunjukkan pencerahan akibat adanya
kesalah pamahaman yang terjadi. Karena sebagai hamba yang beriman kita
diperintahkan untuk bisa menerima bahwa adanya berbagai macam pendapat dan
paham itu sudah merupakan ketetapan Allah. Dalam artian bahwa bagaimana pun
kita berbeda pendapat dengan orang lain namun kita harus saling menghargai akan
perbedaan kita dengan interaksi yang baik dan toleransi terhadap berbagai macam
golongan yang berbeda.
5. Taqwan : Bagaimana
peran ilmu jiwa agama mengatasi gerakan kemasyarakatan yang tidak sesuai dengan
aturan agama ?
Jawab : manusia
tentunya dipengaruhi oleh banyaknya rayuan dan godaan yang berusaha
memperdayakan manusia kepada kejahatan yang tidak sesuai dengan aturan agama
sehingga disinilah letak dan fungsi ilmu jiwa agama untuk membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan
manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Ilmu jiwa agama yang didasari oleh
psikologi dengan agama yang menjadi penyempurna akan mampu untuk menunjukkan
jalan yang tepat akan suatu gerakan masyarakat yang tidak sesuai agama,
misalkan gerakan demonstrasi yang dilakukan masyarakat dan mahasiswa yang
terkadang anarkis atau berlebihan akan mengakibatkan banyak masalah dan
kerugian sehingga gerakan demo yang tidak sesuai aturan harus diubah kembali
agar sejalan dengan yang diharapkan oleh agama sebab, demo yang tadinya
dibolehkan namun jika sudah bertindak anarkis maka akan merugikan masyarakat
itu sendiri, sehingga perlu untuk diubah dan diarahkan cara demo yang dibolehkan
dan sesuai dengan agaman.
6. Dosen pembimbing :
Bagaimana cara Belanda mendekati ulama untuk tujuan politik dengan atas nama
agama ?
Jawab : Pasukan Belanda yang diwakili oleh
Christian Snouck Hurgronje adalah sarjana Belanda serta penasehat urusan
pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia (sekarang Indonesia). Ia fasih bahasa
arab dan setelah diberi ijin oleh ulama dari Mekah, ia diijinkan untuk ziarah
ke kota suci Mekah pada 1885. Karena keramahan dan naluri intelektualnya
membuat ulama tak segan membimbingnya dan termasuk salah satu sarjana oriental
barat pertama yang melakukannya. Ia mampu membuat kesan bahwa ia menganut
islam, dan mengaku pura-pura muslim, Snouck mendekati ulama untuk bisa memberi
fatwa agama, tapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik. Demi kepentingan ia
berkhotbah dan mendekati ulama untuk menjauhkan agama dan politik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikologi
agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Psikologi berasal dari
bahasa yunaniyaitu “Psyche”dan “logos”. “Psyche” yang artinya
jiwa dan“logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam gejalanya, proses
maupun latar belakang. Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti
dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia
masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut
dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelahaan tersebut merupakan
kajian empiris.
Jadi,
Psikologi agama merupakan ilmu jiwa yang khusus mengkaji sikap dan tingkah laku
seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya.
B. Saran
Demikianlah
penyusunan makalah ini, kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini
dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menjadikan kita manusia
yang senantiasa beriman kepadanya. Jika terdapat beberapa kesalahan dalam
penyusunan makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak ada
yang sempurna di muka bumi ini, dan jika terdapat beberapa hal yang mampu untuk
diberi masukan dan lain-lain, kami memohon untuk memberi masukan, dan saran
sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.
REFERENSI
Fauzi,Ahmad.PsikologiUmum .Bandung
: CV Pustaka Setia
1997 .
Jalaludin,
Psikologi Agama .Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
2001
.
Jalaluddin, PsikologiAgama. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.
Nurwanita,
Psikologi Agama. Makassar : LPA,
2015.
Tumanggor,
Rusmin. Ilmu Jiwa Agama .Jakarta :
Kencana Prena Media
2014 .
[1] Ahmad
Fauzi, PsikologiUmum (Bandung : CV Pustaka Setia 1997 ),h.9.
[2]
Jalaludin, Psikologi Agama (, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada 2001 ), h. 11.
[3]Jalaluddin,
PsikologiAgama, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), hlm. 17.
[4] Hj.
Nurwanita, Psikologi Agama ( Makassar
: LPA 2015 ),h.9.
[5]Dr.
Rusmin Tumanggor , Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Kencana Prena Media 2014 ),
h.89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar