Halaman

Minggu, 16 Oktober 2016

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik ini dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional. Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.Penilaian kelas merupakan kegiatan pendidik yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. Dari proses penilaian ini pendidik dapat memperoleh gambaran kemampuan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum masing-masing sekolah. Pendidik harus memahami bahwa penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui tahap perencanaan, penyusunan instrumen penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik .
Masalah penyusunaninstrumen penilaian merupakan hal yang penting dalam proses penilaian. Sebab, tepat tidaknya data yang diperoleh sangat tergantung kepada baik tidaknya instrumenpenilaian yang digunakan. Misalnya di dalam mengadakan penilaian terhadap hasil belajar, digunakan tes yang tidak baik susunannya, maka tidak akan didapatkan data tentang hasil belajar yang tepat.




BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya.
Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu.
Menurut Anastasi dalam bukunya Psychological Testing bahwa, tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dari pengertian tersebut diatas, diambil pengertian, tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada seseorang untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu serta prosedur terencana dan sistematis untuk mengukur suatu perilaku tertentu serta menggambarkannya dengan bantuan angka-angka atau kategori tertentu.
Pengumpulan informasi lewat teknik tes lazimnya dilakukan lewat pemberian seperangkat tugas, latihan, atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang sedang dites. Untuk melakukan kegiatan tes diperlukan suatu perangkat tugas, pertanyaan, atau latihan. Perangkat tugas inilah yang kemudian dikenal sebagai alat tes atau instrumen tes.Dalam kenyataan sehari-hari disekolah, jarang guru atau peserta didik menyebut hal tersebut sebagai alat atau instrumen tes, melainkan soal-soal, misalnya dengan sebutan soal ulangan, ulangan umum, atau dengan sebutan soal ujian  tengah semester atau ujian semester bagi mahasiswa. Jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kompetensi, pengetahuan, atau keterampilan yang sedang ukur capaiannya. Informasi tersebut kemudian dinyatakan sebagai salah satu masukan penting untuk mempertimbangkan posisi peserta didik dalam capaian prestasi belajar.
Pada kenyataan bahwa dari jawaban perserta tes terhadap soal-soal yang disajikan kepada mereka, diperoleh suatu ukuran tertentu tentang tingkat kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik, dan kemampuan afektifnya. Kemampuan-kemampuan tersebut menunjukkan karakteristik yang khas peserta tes yang berkaitan dengan hasil belajarnya. Dengan demikian dapat dibuat suatu rumusan bahwa “tes adalah salah satu alat pengukur hasil belajar peserta didik.
Tes (sebelum adanya EYD dalam bahasa Indonesia di tulis test), merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan.
 Walaupun dalam melaksanakan tes sudah di usahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan prosedur yang telah di tentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax  menyebutkan beberapa kelemahan sebagai berikut:
1.Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walau tidak di sengaja).
2.Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
3.Tes mengategorikan siswa secara tetap.
4.Tes tidak mendukung kecemerlangan dan kreasi siswa.
5.Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.
Sebuah tes yang dapat di katakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:
1.Validitas
2.Reliabilitas
3.Objektivitas
4.Praktikabilitas
5.Ekonomis
Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,yaitu:
1.Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka,menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
2.Bentuk-bentuk dan Contoh Instrumen Tes
A.Tes Tulis
Menurut bentuknya, tes dapat berbentuk tes subyektif dan tes objektif dalam berbagai variasi. Tes tulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan. Tes ini kelebihannya dapat mengukur kemampuan sejumlah besar peserta didik dalam tempat yang terpisah dalam waktu yang sama. Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal, sebab tidak banyak pengaruh kehadiran pribadi pendidik dalam soal tersebut, sehingga secara psikologik peserta didik lebih bebas tidak terikat.
Pada tes tulis, karena soal sama, obyektivitas hasil penilaian lebih dapat dipertanggungjawabkan dari pada tes lisan atau tes tindakan. Namun demikian, tes tulis tetap memiliki kekurangan antara lain belum tentu cocok mengukur ranah psikomotor, mengukur ranah afektif pada tingkat karakter. Disamping itu jika tidak menggunakan bahasa yang benar dan tegas dapat mengundang pengertian ganda, berakibat data yang masuk salah, demikian pula dalam mengambil kesimpulan.
Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Tesobjektif ( tes terstruktur )
Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.
Kesamaan data inilah yang memungkinkan adanya keseragaman analisis peserta didik dalam menjawab soal.
Bentuk tes objektik disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Sesuai  dengan namanya, tes jawab singkat menuntut peserta didik hanya memberikan jawaban singkat, bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif jawaban yang telah disediakan, misalnya dengan memberikan tanda silang, melingkari, atau menghitamkan opsi jawaban yang dipilih.
Jawaban terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab opsi atau jawaban yang dinyatakan benar maka dinyatakan salah, dan tidak ada bobot  atau skala terhadap jawaban suatu butir soal seperti halnya pada tes uraian. Oleh karena jawabannya bersifat pasti, jawaban peserta didik yang benar terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor, entah siapa pun korektornya. Itulah sebabnya, tes ini disebut tes objektif karena dijawab oleh siapa pun dan dikoreksi oleh siapa pun jawaban yang benar tetap sama.
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang di berikan.
Tes objektif terdiri dari :
1. Bentuksoaljawabansingkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau symbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat, yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
Contoh:
a.Berapa luas daerah segitiga yang panjang alasnya 8cm dan tingginya 6 cm?
b. Berapa kali pemilihan  anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ?
Kelebihan
a. Menyusun soalnya relative mudah.
b.Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak.
c.Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.
d.Hasil penilaiannya cukup objektif.
Kelemahan
a.Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
b.Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian.
c.Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.
Kaidah penulisan
a.Jangan mengambil atau menggunakan pernyataan yang langsung diambil dari buku.
b.Pernyataan hendaknya mengandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima.
Contoh:
a. Kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada…..?
b. Baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada tahun…?
2.Bentuk soal benar-salah
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi pernyataan yang salah. Pada umumnya bentul soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
Contoh:
(b) – s  1. Nitrogen membantu pembakaran.
 b – (s) 2. Berat satu liter air adalah 100 gram.
Kelebihan
a. Pemeriksaandapatdilakukandengan cepat dan objektif.
b. Soal dapat disusun dengan mudah.
Kekurangan
a.Kemungkinan menebak dengan benarjawaban setiap soal adalah 50%
b.Kurang dapat mengukur aspek pegetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.
c.Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah).

Kaidah penulisan
a.Hindarkan pernyataan yang mengandung kata kadang-kadang,selalu, umumnya, sering kali, tidak ada, tidak pernah, dan sejenisnya.
b.Hindarkan pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran.
c.Hindarkan pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih bisa diperdebatkan kebenarannya.
d.Hindarkan penggunaan pernyataan negative ganda. Contoh: padi tidak tumbuh di tempat yang tidak beriklim panas.
e.Usahakan agar kalimat untuk setiap soal tidak perlu panjang.
f.Susunlah pernyataan-pernyataan benar-salah secara acak.
3.Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabannya, tetap sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan dibuat lebih banyak daripada soalnya karena hal ini akan  mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul dengan hanya menebak.
Contoh:
Kelompok A Kelompok B
1. Kekurangan vitamin C (b)
2. Kekurangan vitamin B kompeks (f)
3. Kekurangan vitamin B1 (e)
4. Kekurangan vitamin A (a)
5. Kekurangan vitamin D (d) a. Penyakitrabunayam
b. Seriawan
c. Penyakitgondok
d. Penyakitrakhitis
e. Penyakitberi-beri
f. Pertumbuhanbadanlambat
Kelebihan
a.Penilaiannya dapat melakukan dengan cepat dan objektif.
b.Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c.Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasa atau subpokok bahasa yang lebih luas.
Kelemahan
a.Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b.Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan.
Kaidah penulisan
a.Hendaknya materi yang diajukan berdasarkan dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen.
b.Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti.
c.Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari jumlah soal.
d.Gunakan symbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban.
e.Susunlah soal menjodohkan dalam satu halaman yang sama.




4.Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
a.Stem : pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan  dinyatakan.
b.Option : sejumlah pilihan atau alternative jawaban.
c.Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat.
d.Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
(pengecoh)
Contoh:
Mahkamah internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di kota….(stem)
a.Jenewa   Kunci
b.Den Haag Option
c.London     Distractor (pengecoh)
d.New York
Kelebihan
a. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan.
b.Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.
c.Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif.
Kelemahan
a.Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.
b.Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
Kaidah penulisan
a.Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.
b.Perumusan pokok soal dan alternative jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
c.Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
d.Pada pokok soal sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang bersifat negative.
e.Alternative jawaban (option) harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
f.Usahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar.
g.Usahakan jawaban tidak menggunakan option yang berbunyi “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”.
h.Usahakan agar option homogeny, baik dari segi isi maupun dari segi struktur kalimat.
i.Apabila option berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.


2.Tes Subyektif ( tes uraian )
Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis yang sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes esai dari alat penilaian lainnya.
Peserta didik dalam tes ini memiliki kebebasan memilih dan menentukan jawaban. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahan juga menjadi bervariasi, hal inilah yang mengundang subyektivitas penilai ikut berperan menentukan. Karena itu tes ini disebut tes subyektivitas.
Adapun kelebihan tes uraian,antara lain:
a.Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi.
b.Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
c.Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis.
d.Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
e.Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir siswa.
Adapun kekurangan tes uraian, antara lain:
a.Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
b.Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga berdasarkan apa yang di kehendakinya.
c.Tes ini biasanyanya kurang reliable, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relative besar.
Jenis-jenis tes uraian
1. Uraianbebas (free essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak di batasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum.
Contoh :
a. jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat.
b.Jelaskan tentang NKKBS?
c. Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia?
2.Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah di arahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkupnya,sudut pandang menjawabnya,dan indikator-indikatornya.
Contoh :
1 jelaskan tiga faktor penyabab pertumbuhan penduduk ?
2. Jelaskan makna NKKBS dari aspek jumlah anak dalam suatu keluarga?
3. Bagaimana hubungan pertumbuhan penduduk dengan kualitas hidup manusia dalam hal ekonomi,pendidikan, dan kesehatan?
3.Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.
Contoh:
Di bawah ini tercantum beberapa nama-nama surah didalam Al-Qur’an beserta jumlah surah dan jumlah ayat disetiap surah. Surah tersebut telah diurutkan sesuai urutannya didalam Al-Qur’an.
Nama Surah ke Jumlah ayat
An-Nisa
Al-A’raf
Ar-Rad
Al-Hajj
An-Naml
As-Sajdah 4
7
13
22
27
32 176
206
43
78
98
30

Dari data di atas:
a. Surah apa yang memiliki jumlah ayat paling banyak ?
b. Surah apa yang memiliki jumlah ayat paling sedikit ?
c. Berapa jumlah ayat yang terdapat pada surah An-Naml ?
Menyusun soal bentuk uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
1. Dari segi yang di ukur
Segi yang hendak di ukur hendaknya ditentukansecara jelas abilitasnya,misalnya pemahaman konsep,aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut.
2. Dari segibahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahasa yang berbelit-belit,membingungkan, atau mengecoh siswa.


3. Dari teknispenyajiansoal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komperhensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Dari segijawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula berdasarkan skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila dianggap jawaban salah. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawaban tersebut diperoleh dari sisiwa.
B.Tes Lisan
Tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
kelebihan :
1. Dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan penguasaan pengetahuan peserta didik karena dilakukan secara tatap muka.
2. Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan, pendidik dapat mengubah pertanyaan sehingga dimengerti.
3. Dari sikap dan cara menjawab pertanyaan, pendidik dapat mengetahui apa yang tersirat disamping apa yang tersurat dalam jawaban.
4. Pendidik dapat menggali lebih lanjut jawaban peserta didik sampai mendetil sehingga mengetahui bagian mana yang paling dikuasai oleh peserta didik.
5.Pendidik dapat mengetahui secara langsung  hasil tes seketika.
Kelemahan :
1. Apabila hubungan peserta didik dan pendidik kurang baik, misalnya tegang, menakutkan, dan sebagainya akan mempengaruhi hasil jawaban.
2. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlahnya, maupun tingkat kesukarannya.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakannya.
4. Kebebasan peserta didik untuk menjawab semakin berkurang, sebab seringkali pendidik memotong jawaban sebelum pemikirannya dituang sepenuhnya.
3.Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Tes
Dalam pengembangan tes hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru, yaitu :
1. Menyusunspesifikasites
Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, memilih bentuk tes, dan menentukan panjang tes.
a. Tujuantes
Dimaksudkan untuk mengukur aspek-aspek perilaku manusia, hal yang hendak diukur adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan.


b. Penyusunankisi-kisi
Merupakan lagkah awal dalam pengembangan tes, dan merupakan suatu tahapan yang penting dalam pembuatan tes, karena kisi-kisi dapat menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur.
c. Pemilihanbentuktes
Didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
d. Penentuan panjang tes
waktu yang tersedia untuk melakukan ujian dan bahan yang diujikan sangat menentukan penetapan panjang tes. Pada umumnya tes dilakukan selama 90 menit sampai 120 menit.
2.Menulis soal tes
3.Menelaah soal tes
4.Melakukan uji coba tes
5.Menganalisis butir soal
6.Memperbaiki tes, melakukan uji coba tes
7.Melaksanakan tes
8.Menafsirkan hasil tes







BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, factor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Dalam pengembangan tes hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru, yaitu :
1. Menyusun spesifikasi tes
2.Menulis soal tes
3.Menelaah soal tes
4.Melakukan uji coba tes
5.Menganalisis butir soal
6.Memperbaiki tes, melakukan uji coba tes
7.Melaksanakan tes
8.Menafsirkan hasil tes
B.Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini,kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menjadikan kita manusia yang senantiasa beriman kepadanya.Jika terdapat beberapa kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak ada yang sempurna di muka bumi ini,dan jika terdapat beberapa hal yang mampu untuk diberi masukan dan lain-lain,kami memohon untuk memberi masukan,dan saran sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.


















REFERENSI
Anastasi, Psychological Testing. Upper Saddle River, NJ : Prentice Hall Inc, 1997.
Arikunto,  Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Ishak, Baego. Evaluasi Pendidikan . Alauddin Pres : Makassar, 2010.

Mania,Sitti. Pengantar Evaluasi Pengajaran . Makassar : Alauddin University Press, 2012.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis KompetensiYogyakarta : BPFE, 2010.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran .Bandung : Remaja Karya, 1985.
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2001.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bamdung : Remaja Rosda Karya, 2006.
Suryabrata, Sumardi. Pengembangan Tes Hasil Belajar . Jakarta : Rajawali,
1987.
Thoha, Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo,
2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar