Halaman

Senin, 08 Desember 2014

kurikulum dan pengembangannya



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kurikulum sampai saat ini masih hangat untuk diperbincangkan. Sebab kurikulum mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan, bahkan bisa dikatakan bahwa kurikulum memegang kedudukan dan kunci dalam pendidikan, hal ini berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.[1] Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan tersebut. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan peserta didik nantinya, maka pengembangan kurikulum tidak bisa dikerjakan sembarangan harus berorentasi kepada tujuan yang jelas sehingga akan menghasilkan hasil yang baik dan sempurna.[2]
 B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian kurikulum ?
2Apa ciri-ciri kurikulum pai ?
3.Apa langkah-langkah pengembangan kurikulum ?

C.Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2.Untuk mengetahui ciri-ciri kurikulum pai.
3.Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan kurikulum.

























 BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan. Di dalamnya tidak hanya mengandung rumusan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak didik. Begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum dalam menentukan keberhasilan pendidikan, karena itu kurikulum harus dikembangkan dengan fondasi yang kuat. Kata “Kurikulum”berasal dari kata Yunani yang semula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni  jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari star hingga finish. Jarak dari star sampai finish ini kemudian yang disebut dengan currere.[3]
Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya.[4] Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.[5]
Sementara itu menurut E. Mulyasa bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.[6]
 Pengertian kurikulum secara tradisional di atas mempunyai implikasi sebagai berikut :
1.      Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan logis, sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, dan sebagainya.
2.      Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berfikir.
3.      Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
4.      Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah. Ijazah diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah mencapai tujuan belajar.
5.      Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa tidak dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
6.      Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak bersikap aktif, sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.[7]
 Hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, peraturan-peraturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang di inginkan.





2.Ciri-ciri kurikulum dalam pai
Menurut Al-Syaibani yang dikutip oleh tafsir, bahwa kurikulum pendidikan islam seharusnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.Kurikulum pendidikan islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan ahklak.
2.Kurikulum pendidikan islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani.
3.Kurikulum pendidikan islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani dan akal serta rohani manusia.
4.Kurikulum pendidikan islam memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar, dan sejenisnya.
5.Kurikulum pendidikan islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang sering terdapat ditengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman, kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.
Oemar Muhammad At-Toumi al-Syaibani menyebutkan lima ciri kurikulum pendidikan islam. Kelima ciri tersebut secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut :
1.Menonjolnya tujuan utama dan akhlak pada berbagai tujuannya, kandungan, metode, alat dan tekniknya bercorak agama.
2.Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang menyeluruh.
3.Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam kurikulum yang akan digunakan.
4.Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh anak didik.
5.Kurikulum yang  disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak didik.
Berdasarkan ciri kurikulum pendidikan diatas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kurikulum ini sangat menonjolkan akhlak pribadi muslim yang tinggi atau dengan kata lain, dalam masalah kecerdasan emosionalnya (EQ). Serta dengan kurikulum ini dapat membangun masyarakat muslim di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat. Sehingga dapat diwujudkan perilaku islami, diantaranya berbudi pekerti luhur, baik terhadap tuhan, terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain maupun dalam hubungan sosial mereka.
3.Langkah-langkah pengembangan kurikulum
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta prilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan yang ada. Munculnya undang-undang baru membawa implikasi baru terhadap paradigma dalam dunia  pendidikan. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi terhadap keadaan masa yang menuntut berbagai penyesuaian dan perubahan kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan mengembangkan kurikulum bukan merupakan hal yang sederhana dan mudah. Menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan yang ingin dicapai erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat. Proses pengembangan kurikulum menurut Hamid Hasan, haruslah meliputi tiga dimensi kurikulum yaitu kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai proses. Ketiga dimensi kurikulum ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kurikulum sebagai proses dilaksanakan dengan berbagai kebijakan kurikulum. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan operasionalisasi kurikulum sebagai ide dan kurikulum sebagai dokumen. Keseluruhan proses atau langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.[8]


 










Bagan tersebut menggambarkan bahwa kegiatan pengembangan kurikulum itu harus dimulai dari perencanaan. Dalam menyusun perencanaan tersebut didahului oleh ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program. Ide-ide tersebut berkenaan dengan penentuan filosofi kurikulum, model kurikulum yang digunakan, pendekatan dan teori belajar yang digunakan dan model evaluasi pembelajaran yang dipilih. Ide-ide tersebut dapat berasal dari :



1.Visi yang direncanakan
 Visi adalah pernyataan tentang cita-cita atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka panjang.
2.Kebutuhan siswa, masyarakat, dan kebutuhan untuk studi lanjut.
3.Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan zaman.
4.Pandangan-pandangan para ahli / pakar berbagai bidang.
5.Kecenderungan era globalisasi yang menuntut seseorang harus memiliki etos belajar sepanjang hayat, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan teknologi.
 Kelima hal diatas kemudian diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai dokumen yang akan dihasilkan, bentuk atau format silabus dan komponen-komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Segala sesuatu yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian dikembangkan dan disosialisasikan dalam proses implementasinya, yang bisa saja berupa pengembangan kurikulum dalam bentuk rencana pembelajaran, proses pembelajaran di dalam/luar kelas serta evaluasi pembelajaran, sehingga akan diketahui tingkat efektifitas dan efesiensinya. Dari evaluasi ini akan diperoleh umpan balik yang dapat digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya.







BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengembangan dan pembinaan kurikulum merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, pengembangan dan implementasi merupakan dua sisi yang harus berjalan seiring sejalan. Makna kurikulum akan dapat dirasakan manakala diimplementasikan, implementasi akan semakin terarah manakala sesuai dengan kurikulum rencana, dan selanjutnya hasil implementasi tersebut selanjutnya akan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan. Inilah hakekat pengembangan kurikulum yang selalu berputar, berjalan, dan membentuk suatu siklus. Hakikat kurikulum adalah suattu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. kurikulum pada dasarnya ditujukan untuk mengantarkan anak didik pada tingkatan pendidikan, perilaku dan intelektual yang diharapkan membawa meeka pada sosok anggota masyarakat yang berguna bagi bangsanya.
B.Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menjadikan kita manusia yang senantiasa beriman kepadanya. Jika terdapat beberapa kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak ada yang sempurna di muka bumi ini, dan jika terdapat beberapa hal yang mampu untuk diberi masukan dan lain-lain, kami memohon untuk memberi masukan, dan saran sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.






REFERENSI
Ahmad, M. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Pustaka Setia, 1998.
Amri, Sofan. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran ; Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta : PT Prestasi Pustaka Publisher, 2010.
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja RosdaKarya, 2007.
Haryati, Nik. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung : Alfabeta, 2011.
 Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada. 2012.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung :PT Remaja RosdaKarya, 2006.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Kalam Mulia, 2004.
Syaodih, Nana. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.



[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,; Teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 5.
[2] Sofan Amri, dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran; Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka Publisher, 2010), hal. 61-62.
[3] M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Pustaka Setia,1998), hal, 9.
[4] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Kalam Mulia, 2004), hal. 128.
[5] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Op-Cit, hal, 1.
[6] E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 46.
[7] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 4.
[8] Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ( Bandung : Alfabeta , 2011) , h.17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar